JUBILEUM 125 TAHUN HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE

JUBILEUM 125 TAHUN  HKBP SIBUNTUON RESORT BALIGE
Jubileum

Minggu, 14 Maret 2010

PEMBERDAYAAN JEMAAT HKBP MUARA MENUJU PENGEMBANGAN EKONOMI

Oleh : Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia HKBP)

Hari rabu tanggal 10 Maret 2010, Pdt. Nelson Siregar (Kepala Departemen Diakonia) menghadiri undangan HKBP Ressort Muara, untuk memberikan sebuah sesi mengenai pemberdayaan jemaat dengan potensi yang dimiliki. Kegiatan ini dilaksanakan di HKBP Lobutangga Ressort Muara Distrik 16 Humbang Hasundutan. Baru pada pkl. 14.00 Pdt. Nelson Siregar menyampaikan materinya dengan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 70 orang.
Dalam penyampaian materinya, Pdt. Nelson Siregar mencoba memaparkan dengan singkat dan jelas kepada jemaat tentang kondisi yang selama ini telah terjadi, baik dalam kehidupan jemaat maupun dalam kehidupan masyarakat. Dalam Jubileum 50 tahun dan 100 tahun HKBP, perkembangan HKBP sudah cukup signifikan dalam berbagai bidang. Terlebih dengan konsep Pargodungan yang telah dilakukan oleh para misionaris sangat membangun orang Batak menjadi pribadi Kristen yang mampu bersikap kritis.
Berangkat dari sejarah tersebut, Pdt. Nelson Siregar mengajak jemaat kembali menghidupkan kembali konsep Pargodungan yang mungkin selama ini sedikit diabaikan. Terlebih pada tahun 2011 HKBP akan mengadakan Jubileumnya yang ke-150 tahun. Konsep Pargodungan ini sesungguhnya mencoba menggali lebih dalam potensi gereja yang selama ini terpendam atau sengaja dipendam. Pdt. Nelson Siregar menyatakan dengan tegas, bahwa di mana ada gereja di situ juga harus ada sarana pendidikan, sarana kesehatan, juga sarana-sarana lain yang bisa membangun jemaat dan lingkungan sekitar ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Ajakan membuat sesuatu yang monumental dalam Jubileum 150 tahun HKBP, menjadi semangat baru untuk berpikir hal-hal apa saja yang selama ini kurang diperhatikan gereja dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan gereja untuk memperbaiki kehidupan jemaat dan masyarakat sekitar. Salah satu contohnya adalah dalam bidang ekonomi. Mangga Muara adalah salah satu jenis buah mangga terbaik, tapi mengapa produksi dan pendistribusiannya kurang terdengar sampai ke daerah-daerah lain di luar daerah Muara? Kurangnya pengetahuan dan bimbingan tentang bagaimana mengupayakan pohon mangga di Muara berbuah banyak dan menghasilkan buah yang baik, mungkin saja menjadi salah satu kendala yang menyebabkan produksi Mangga Muara tersendat.
Menanggapi masalah di atas Pdt. Nelson Siregar mencoba memberikan gambaran bahwa pupuk organik (yang berasal dari kotoran hewani) bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas mangga muara, sehingga kualitas yang didapat pasti lebih baik dari penggunaan pupuk kimiawi ataupun pestisida. Jika menngunakan pupuk kimia, kebanyakan hasilnya mangga seperti besar, tapi kosong dan ringan, tetapi jika menggunakan pupuk organik, mangganya tidak terlalu besar tetapi padat dan berisi. Terkait dengan pupuk organik, maka perkebunan ataupun persawahan yang ada harus dibarengi dengan peternakan, sehingga terjadi sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.
Selain itu gereja bisa saja membuat kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat, dengan mengadakan ternak bergilir. Contohnya, gereja membeli beberapa ternak, kemudian ternak itu “dipinjamkan” kepada beberapa jemaat yang membutuhkan. Setelah sekian lama sampai ternak itu menghasilkan (mis. Ternak itu melahirkan beberapa anak), ternak itu dikembalikan kepada gereja beserta satu anak ternak yang telah dihasilkan. Kemudian ternak yang dikembalikan ke gereja “digilir” kembali kepada jemaat lain yang membutuhkan. Jadi tidak hanya jemaat yang bisa meningkatkan perekonomiannya, tapi gereja juga bisa memperoleh hasil dari kerjasamanya dengan jemaat, sehingga sejahtera masyarakat sejahtera gereja.
Hal-hal seperti inilah yang seharusnya juga dilakukan oleh gereja, karena gereja sesungguhnya tidak hanya mengurusi hal gereja saja, tetapi harus bisa juga menyentuh ranah ekonomi, sosial, bahkan sampai ranah politik.
Pengetahuan holistik harus dimiliki oleh gereja dan para pelayannya untuk mengembangkan pelayanan gereja, terlebih dalam konteks Muara hampir 80% masyarakat sekitar adalah warga gereja HKBP. Dengan demikian HKBP harus mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan nyata. Sesuai dengan pernyataan Sejahtera Masyarakat Sejahtera Gereja, maka gereja diajak untuk lebih peka melihat segala permasalahan yang ada di konteks masyarakat, dan dari kepekaan tersebut para pelayan diajak berpikir kritis untuk memberikan solusi yang tepat guna dan nyata, bukan sekadar “mendoakan”. Menurut Pdt. Nelson Siregar, “doa adalah setengah dari tindakan, oleh karena itu harus tetap ada usaha untuk mencapai tujuan!”

Rabu, 10 Maret 2010

Ekonomi Berbasis Jemaat – CUM HKBP Hadir di Rokan Hulu Kampar, Riau.

Oleh : Cpdt. Binsar Nababan (Staff Departemen Diakonia)

Pada tanggal 07 Maret 2010 akhirnya terbentuk lagi satu CUM di Distrik XXII Riau. CUM ini dinamakan CUM Sejahtera Rohul Kampar, nama ini dibuat karena CUM ini akan berusaha “menyejahterakan” dua daerah sekaligus, yaitu Rokan Hulu dan Kampar. Pelantikan para pengurus dilaksanakan oleh Kapala Departemen Diakonia HKBP, Pdt. Nelson Siregar di HKBP Simpang Pir Ressort Ephipanias, Riau.

Sebelum acara pelantikan dimulai (acara pelantikan termasuk dalam rangkaian ibadah minggu), di konsistori Pdt. Nelson Siregar memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan gereja selaku partisipan menghadirkan tanda Kerajaan Allah, yaitu dengan mencoba menyejahterakan yang miskin, salah satunya dengan membentuk CUM. Setelah pengantar diberikan, ibadah minggu pun dimulai. Ibadah ini dilayani oleh, Pdt. B. Manik sebagai Paragenda, Pdt. Nelson Siregar sebagai Parjamita, dan Pdt. BP. Silaen yang membacakan SK pengurus CUM Sejahtera Rohul Kampar.


Dalam khotbahnya, Pdt. Nelson Siregar menyatakan bahwa setiap orang harus mengusahakan yang baik sejak sedini mungkin dan kepada setiap orang. Tindakan kebaikan ini bisa dimulai dari sesama ruas HKBP kemudian kepada sesama orang Kristen, bahkan kepada orang-orang yang beragama lain. Dengan demikian CUM ini pun menjadi sebuah lembaga inklusif yang memang tujuan utama pelayanannya adalah memuliakan Tuhan. Setelah khotbah selesai dan persembahan, kemudian acara dilanjutkan dengan pelantikan para pengurus CUM Sejahtera Rohul Kampar. Susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:
Pembina : Pdt. Nelson Siregar (Kadep Diakonia HKBP)
Pdt. Jusden Sinaga (Bakor CUM HKBP)
Pdt. Tohonan BP Silaen (HKBP Ress. Ephipanias)
Ketua : Pdt. Bernard Manik (HKBP Ress. Rokan Hulu)
Sekretaris : Pdt. P. Hotman Simatupang (HKBP Ress.Estomihi)
JPH. Simanjuntak
Pengawas : Pdt. Herbin Purba (HKBP Ress, Exaudi)
St. RM. Nababan
St. M. Silaban
Manager : Diak. Fitria Rumondang Simarsoit.

Setelah acara pelantikan dan ibadah minggu selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan CUM. Diskusi ini dipimpin oleh Pdt. B. Manik dengan narasumber Pdt. Jusden Sinaga selaku Badan Koordinasi CUM HKBP. Sebelum diskusi dimulai, Pdt. Nelson Siregar selaku Kepala Departemen Diakonia, memberikan pengantar, bahwa tugas orang Kristen bukan hanya selalu bicara tentang Surga, tetapi sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, bahwa setiap pengikut Kristus harus bisa menghadirkan kehendak Allah ini di bumi bukan di Surga, sehingga keimanan kita berdampak kepada semua orang, bahkan kepada orang yang tidak seiman dengan kita.

Dalam diskusi ini pun, Pdt. Jusden Sinaga menjelaskan bahwa secara ekonomi sistem simpan-pinjam di CUM lebih menekankan kesejahteraan masyarakat sesuai iman kekristenan, jadi bukan mencari keuntungan. Diskusi ini pun berjalan dengan baik, karena banyak juga anggota jemaat juga Parhalado bertanya mengenai sistem pelaksanaan dan manfaat CUM, dan Pdt. Jusden Sinaga pun berani menyatakan bahwa sistem pinjaman yang dilaksanakan CUM lebih baik daripada sistem bunga Bank.

Setelah semua acara selesai, rombongan Departemen Diakonia HKBP, yaitu Pdt. Nelson Siregar beserta Inang, Pdt. Jusden Sinaga, Diakones Fitria Rumondang Simarsoit, CPdt. Binsar Nababan, dan Ezra Aruan, pun kembali ke Tarutung. Kiranya melalui pembentukan satu lagi CUM baru ini dapat menjadi sarana berkat bagi yang membutuhkan di daerah Rokan Hulu dan Kampar, Riau. Les petites étapes du bonheur (langkah-langkah kecil menuju kebahagian) HKBP ini bisa berdampak positif demi kemuliaan nama Tuhan.

Kamis, 04 Maret 2010

Injil ke Seluruh Kosmos

Beritakan Injil untuk seluruh kosmos
Markus 16:15
by: Pdt.Nelson Siregar(Kadep Diakonia HKBP)

Tema:
”Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup”
(Yoh. 14:6a)

subTema:
“Peliharalah ciptaan TUHAN dengan bijaksana dan taat,
demi kehidupan”


I. Pengantar

Saya sangat bersyukur jika saya berkesempatan untuk mengutarakan pemikiran saya mengenai ”realitas lingkungan hidup” yang kita alami pada saat ini. Makalah ini saya tuliskan berdasarkan pemahaman saya mengenai lingkungan hidup berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dari berbagai sumber, dan ini hanyalah sebagai penghantar kita untuk bertukar pendapat untuk saling memperkaya dan memperlengkapi pengetahuan kita akan genting dan pentingnya pemeliharaan keseimbangan lingkungan hidup saat ini. Dengan demikian saya berharap melalui pertemuan kita ini dapat merumuskan strategi kita dalam membangun komitmen dan kepedulian masyarakat terhadap fungsi konservasi kawasan hutan, khususnya yang berada di daerah Batang Toru.

Terkait dengan topik yang disampaikan kepada saya dengan bebas membahas penjabaran tema dan subthema seputar lingkungan hidup ini, maka secara sistematika dari uraian saya kemudian ini adalah: Pertama, akan diarahkan pada realita dan konsepsi pandangan umum merespond tantangan lingkungan hidup. Kedua, kaitan motiv teologi melegitimasi sikap gereja terhadap lingkungan. Ketiga, apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan gereja. Hal itu perlu dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk dikaji dan didiskusikan bersama.

II. Realita tantangan dan konsepsi pandangan tentang lingkungan hidup

Topik lingkungan hidup bukanlah tema baru dalam diskusi di tengah kehidupan kita beroikumene, bermasyarakat dan berbangsa. Di Indonesia sendiri sejak tahun 70-an sudah berbagai kajian dan respon terhadap masalah lingkungan dari sikap yang reaktip, responsip dan regeneratip. Namun belakangan ini nampaknya masalah lingkungan hidup sudah semakin rumit, sementara tantangan lingkungan sudah senantiasa mengancam kehidupan umat manusia.

Walaupun demikian kerumitan tersebut masih dapat ditelaah. Ada beberapa tanggapan mengenai kajian masalah dan tantangan lingkungan hidup. Pertama, ada yang mengkaji bahwa masalah lingkungan hidup tidak ada kait mengkaitnya dengan kesalahan manusia. Kejadian gempa, tsunami misalnya adalah murni kejadian alam saja. Karena itu untuk merespon tantangan tersebut agar tidak menimbulkan banyak korban terhadap manusia, maka dilakukan telaahan dengan pendekatan teknologis, antara lain mengadakan studi kajian sejarah kejadian-kejadian alam dan prediksi pengulangannya.

Misalnya untuk kejadian alam di Pantai Barat Sumatra perlu dilakukan penelitian sesar dan zona gempa melalui displin ilmu terkait geologi, geofisika dan seismologi. Kemudian diikuti dengan analisis bencana atau amdal, dan juga mendesak agar pemerintah perlu mengeluarkan peraturan , termasuk membentuk satgas penanggulangan bencana, penyediaan anggaran yang cukup dan mengatur kebijakan pengendalian masalah lingkungan hidup.

Tindakan lain dilakukan dengan pemahaman yang benar tentang perilaku bencana. Indonesia dikenal sebagai negeri kaya bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi, maka dapat ditelusuri kejadian-kejadiannya dan apa yang harus dilakukan. Meletusnya gunung Krakatau di selat Sunda pada tanggal 27 Augustus 1883 menjadi sejarah bencana yang tergolong terbesar di dunia. Gempa di Aceh berskala 8.7 pada skala Richter di Barat Aceh telah mengakibatkan tsunami yang menewaskan kurang lebih 250 ribu jiwa. Tayangan televisi menambah effek drama dari bencana gempa bumi. Efeknya bukan seketika, tetapi mendunia.

Dari pengalaman itu menjadi penting melakukan edukasi dan sosialisasi yang benar kepada masyarakat mengenai bencana alam. Saatnya secara sadar mengajarkan kepada masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana alam, bahkan bila perlu memasukkan sosialisasi kejadian alam ini kedalam kurikulum sekolah-sekolah menengah. Untuk mengatur koordinasi aksi membantu korban, maka lembaga pemerintah dan lembaga disaster perlu didorng untuk merumuskan bersama lingkaran penanggulangan disaster. Jika bencana terjadi, maka perlu disediakan bantuan sembako, kemudian berturut-turut melakukan bantuan lanjutan berupa rehabilitasi, rekontruksi, mitigasi dan prepardness.

Respon kedua muncul dari kalangan aktivis lingkungan hidup. Mereka telah berpuluh tahun sejak tahun 1970 melakukan perjuangan kritis dalam upaya menghentikan eksploitasi alam dan kerusakan lingkungan di negeri ini. Proyek penanaman sejuta pohon ternyata tidak mengurangi masalah lingkungan hidup kearah yang lebih baik. Sebab dilain pihak terjadi pengerukan sumber daya alam yang kini sudah semakin menipis, dan pada hal bencana lingkungan telah makin kerap terjadi. Advokasi lingkungan hidup semakin rumit untuk diharapkan dapat dimenangkan dalam menghadapi peradilan dan percaturan politik, baik nasional maupun di daerah.

Hal itu bukan sekedar ungkapan skeptis, tetapi lebih karena aktivis lingkungan yang selama ini berbuat maksimal, merasakan apapun yang dilakukan seperti membuang air ke dalam keranjang. Menurut catatan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) salah satu lembaga advokasi lingkungan perjuangan masyarakat hampir di semua gugatan hukum atas pencemaran dan kerusakan lingkungan di segenap aras selalu dinyatakan kalah, lebih-lebih gugatan pada raksasa tambang, pengusaha perkebunan dan perkayuan .

Sepertinya system penegakan hukum di negeri ini sudah menjadi sahabat atau rumah yang aman bagi para penjahat lingkungan. Mereka selalu berhasil melakukan perlawanan dengan meredam setiap gerakan dengan berbagai cara, antara lain penggunaan ahli dari perguruan tinggi, dengan membiayai berbagai penelitian atau agenda lain dalam usaha mendukung pencitraan perusahaan. Tujuannya untuk memenangkan opini dan dukungan public. Jika hal itu tidak berhasil, maka perusahaan juga melakukan penggunaan upaya hukum. Buruknya system peradilan kita memungkinkan perusahaan bermain mata dengan para penyidik, penuntut, dan hakim, serta sudah tentu didukung pengacara yang handal. Sementara dari berbagai pihak ada pula yang sudah tiba pada kajian yang menganggap bahwa penangulangan masalah lingkungan semakin rumit dihadapi sebagai akibat cara kita memperlakukan alam. Gerakan muncul dari tokoh agama.

Statement yang dikemukan adalah setelah mengkaji berbagai fakta yang terjadi. Apabila pertumbuhan jumlah penduduk dunia, industrialisasi, pengotoran lingkungan, produksi bahan pangan dan penghabisan bahan-bahan mentah alamiah yang sedang berlangsung sekarang diteruskan tanpa perubahan, maka batas-batas pertumbuhan absolut di bumi akan tercapai seratus tahun lagi. Karena itu semua pihak harus berubah. Sebab hidup biologis manusia hanya akan berlangsung selama-lamanya, apabila manusia sendiri mau melepaskan pandangannya yang antropocentris .

Statement ini tidak sekedar ungkapan menakut-nakuti. Frans Magnis Suseno menidentifikasi adanya 7 bahaya kerusakan biosfer yang mengancam masa depan umat manusia yakni penghabisan kekayaan alam secara sistematis (eksploitasi alam berjalan terus, maka dalam waktu tidak terlalu lama sumber energi tradisional yang murah tidak dapat dipulihkan kembali dan akan habis), perusakan lingkungan berlanjut (pengotoran, perusakan dan perancunan lingkungan alam, dampak perusakan akibat produksi industri dan sampah ekonomi rumah tangga), pemanasan atmosfer tidak dapat diperbaiki (CO2 yang dikuatirkan mempunyai effek rumah kaca) , lapisan ozon di stratosfer terus menerus mengalami kerusakan berat (ozon melindungi kita dari radiasi ultrajingga yang bisa menyebabkan kanker kulit), padang gurun meluas akibat ulah manusia (setiap tahun lebih dari 200.000 km kuadrat hutan tropis dibabat habis), terjadinya masalah air tawar yang tidak lagi terpenuhi (kebutuhan air minum mulai melampaui persediaan semakin terasa dimana-mana), hama yang semakin resisten (kebal) terhadap obat kimia (sehingga penyakit sifilis semakin sukar diberantas, malaria mulai kambuh kembali, hama wereng menjadi ancaman bagi produksi padi ).


Gambar 2. Kejadian Bencana Alam Tahun 2006-2008
(Sumber: ISDR, CREED, dan EM-DAT)

Kesadaran akan keseriusan masalah dan tantangan lingkungan hidup ini, terutama karena faktor real masalah pemanasan bumi ini telah mendorong Negara-negara di dunia juga terpaksa melakukan kajian khusus sejak tahun 1990 an. Dari konprensi perubahan iklim PBB yang barubaru ini diadakan di Kopenhagen menjelaskan bahwa sepertinya masalah lingkungan masih dapat diatasi dengan pendekatan teknologi dan dengan pendekatan negosiasi diantara negara-negara kaya dan miskin .

Para ahli lingkungan hidup di Kopenhagen menjelaskan bahwa bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2009 lebih dari tiga perempatnya terkait dengan cuaca ekstrim. Gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor merupakan bencana alam yang frikuensinya meningkat dua kali lipat, katastropinya juga bertambah intensitasnya. Daya hancurnya dan ancamannya sangat serius. Tahun 2008 sendiri ada sekitar 36 juta orang harus tergusur oleh fenomena alam ini.

Hal itu masih amat kecil bila dibandingkan dengan jumlah orang yang keamanannya dan sumber kehidupan manusia yang terus menerus dirongrong oleh konsekuensi jangka panjang perubahan iklim. Bahkan jika hal ini berlanjut, maka dikuatirkan pula meningkatnya potensi konflik di dalam dan antarnegara. Itu akan terjadi ketika berbagai komunitas berebut akses sumber daya yang semakin langka, seperti air segar dan lahan pertanian. Kemudian rakyat di Negara kecil yang berada di permukaan rendah akan menghadapi negaranya runtuh berhadapan dengan naiknya laut, kebangsaan, kultur dan identitasnya pun akan tenggelam.


Gambar 3. Kejadian Bencana Alam di Indonesia Tahun 2008
(Sumber: ISDR, CREED, dan EM-DAT

Untuk mengatasi masalah lingkungan hidup tersebut, diserukan agar para pemimpin negara di dunia ini mendorong kesepakatan pengurangan emisi karbon. Tetapi jika hal itu gagal, maka kaum ilmuwan lingkungan hidup menawarkan diadakannya perekayasaan bumi atau geo-engineering. Suatu intervensi teknologi dalam skala besar-besaran. Proses rekayasa tersebut dapat dibagi dalam dua macam. Pertama adalah penghilangan CO2 (carbon dioxide removal /CDR ), penggunaan pohon buatan melalui fertilasi besi samudera. Pilihan kedua dikenal sebagai managemen radiasi matahari (solar radiation management/ SRM), dilakukan dengan memantulkan sinar matahari untuk mengurangi pemanasan global, misalnya dengan menggunakan cermin di angkasa, penyemprotan aerosof di atmosfer, atau penguatan awan. Kedua metode canggih ini tentu dinyatakan menimbulkan effek yang tak dapat dipredikasi, sebab juga tidak akan menanggulangi konsekuensi emisi, bahkan dikuatirkan belum tentu dapat meramalkan akibatnya terhadap pola cuaca dan ekosistem. Dengan demikian skenario kedua tetap dengan mendesak para perunding Kopenhagen untuk mencapai kesepakatan pengurangan emisi karbon. Ini berarti masalah lingkungan hidup tidak mungkin hanya dilakukan dengan pendekatan kecanggihan tehnologi, melainkan harus diatasi dengan pendekatan politis.

Dari ketiga kajian diatas mungkin masih ada beberapa pertanyaan yang sisa, antara lain merespon pertanyaan kenapa masalah lingkungan hidup ini terjadi, apa yang harus dipersalahkan dan siapa yang harus bertanggungjawab menanggulangi masalah tersebut. Dari segi pandangan tentang lingkungan hidup (environmental world views), sampai saat ini dapat disimpulkan dengan tiga sumber dan pandangan :

Pertama: pandangan kaum Neo-liberalis. Penganut aliran ini memandang alam sebagai objek yang menjadi sumber hidup manusia. Karena itu alam diassumsikan sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka alam wajar jika dieksploitasi. Manusia dianggap sebagai pemilik satu-satunya terhadap alam tersebut. Pendekatan dominasi terhadap alam ini, ahirnya menganggap bahwa kerusakan alam sebagai akibat eksploitasi menjadi konsekuensi terhadap alam. Sedangkan dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup dapat dikendalikan cukup dengan meminimalisasinya melalui pendekatan tehnologi. Eksploitasi bisa tetap dilakukan untuk keberlanjutan pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup. Agar hal itu tercapai, maka solusinya: perlu memberikan dana terhadap perbaikan lingkungan hidup, seperti dana CDR ( carbon dioxide removal ) dari perusahaan, atau menggunakan metode skema pengurangan emisi dari forestasi dan degradasi hutan (REDD) oleh negara.

Negara berkembang diharapkan dapat memperoleh pendanaan dari negara maju dengan mengurangi pembukaan hutan dan degradasi hutan. Metode ini ditolak oleh kelompok indigenous Enviromental Networks , karena metodologi ini meniadakan peran masyarakat adat dan komunitas lokal mengkontrol pemilik modal dan pengemisi CO2 melalui Negara. Juga pandangan ini dituduh ditopang oleh institusi semacam World Bank (WB). Kesimpulannya: kondisi lingkungan hidup tidak dianggap krisis, hanya perlu perbaikan, bisnis berjalan seperti biasa saja (business as usual). Sementara negara-negara berkembang berada dalam status pengemis dan tergantung. Padahal negara-negara berkembang memiliki potensi dan asset hutan mengendalikan emisi karbon.

Kedua, pandangan kaum bio-environmentalist. Kelompok ini memahami bahwa manusia dan alam adalah dua subjek yang harus saling menghormati. Kerusakan alam terjadi karena eksploitasi manusia terhadap alam, oleh karena itu eksploitasi perlu dihentikan dan perlindungan total terhadap lingkungan hidup seperti hutan, laut, sungai, dll perlu dilakukan. Solusinya, perlu perlindungan khusus terhadap lingkungan hidup, perlu polisi hutan yang kuat, perlu penyelamatan terhadap tumbuhan dan binatang langka yang dilokalisasi disuatu tempat yang aman. Masyarakat lokal perlu dibatasi aksesnya terhadap hutan yang dianggap berkontribusi terhadap pengrusakan hutan. Moratorium terhadap lokasi penting bagi lingkungan hidup dibeberapa tempat didunia. Membuat Taman Nasional yang dilindungi, dan berbagai zonasi konservasi. Pandangan seperti ini umumnya dimiliki oleh LSM Lingkungan seperti WWF. Kesimpulannya: melihat persoalan lingkungan hidup sudah pada tahap krisis yang sangat mengancam, sehingga perlu moratorium.

Ketiga, pandangan kaum ecologi social: pandangan structural terhadap problem lingkungan hidup. Lingkungan hidup dan manusia adalah relasi yang integral, mutual symbioce, relasi yang saling tergantung. Karena itu jika terjadi kerusakan alam, hal itu adalah disebabkan, karena ketimpangan akses masyarakat terhadap sumberdaya alam. Sumber daya alam nyatanya dikuasai oleh sekelompok kecil orang atau korporasi. Penguasaan sumberdaya tersebut tidak memiliki akuntabilitas. Akar dari pengrusakan alam/hutan adalah ketimpangan kepemilikan terhadap sumberdaya penting, utamanya tanah. Masyarakat banyak, masyarakat adat, masyarakat yang tanpa modal, masyarakat miskin digusur, dikorbankan demi kepentingan capital.

Solusinya, struktur masyarakat, termasuk kemiskinan harus dibereskan terlebih dahulu, baru bicara perlindungan alam. Kepemilikan yang merata terhadap sumberdaya penting agar dengan sendirinya terjadi kesadaran melestarikan alam. Pandangan ini dimiliki oleh Negara Negara sosialis (atau menuju sosialis) seperti Venenzuela, Kuba, dan Bolivia. Juga LSM lingkungan aras International. Kesimpulannya: krisis lingkungan sekarang terjadi karena krisis social yang telah mendahuluinya.

Dari ketiga faham dasar menjadi jelas posisi umum berbagai pihak mengkaji upaya penanggulangan masalah lingkungan hidup. Kini yang menjadi soal sebelum kita membahas posisi gereja serta program lingkungannya, adalah menjawab salah satu pertanyaan pokok, sejauhmana teologi mengsignifikasi, mendominasi dan melegitimasi ketiga faham diatas. Atau adakah alternatip lain menempatkan posisi gereja berada diluar ketiga scenario tersebut diatas.

III. Motiv teologi melegitimasi gerakan lingkungan hidup

Dari berbagai kajian teologis tentang lingkungan hidup ada berbagai tanggapan yang mengemuka. Umumnya kajian teologis tersebut berpedoman terhadap seruan Alkitab tentang penciptaan. Bertolak dari kajian akan pemahaman tentang penciptaan ini, maka berbagai relevansi digunakan untuk sekedar mendukung perlunya kesadaran kajian ulang tentang hubungan penciptaan dengan kemajuan Ilmu dan teknologi disatu pihak dan perlunya melegitimasi gerakan alternatip meujudkan supremasi alam yang sederajat dengan manusia, sehingga manusia memahami dirinya yang dapat terancam tanpa keberadaan alam.

Ada beberapa aksi yang jika dikaji sangat erat kaitanya dilakukan karena motip teologinya. Pertama umumnya, banyak institusi agama atau masyarakat yang hanya menanggapi seruan perlunya aksi mengatasi masalah lingkungan hidup dengan cara penanaman sejuta pohon, tanpa kajian mendalam. Mereka mengikuti seruan tersebut, karena dianggap tidak responsip. Ada juga yang melakukannya, karena dianggap bahwa pemerintah menyerukan gagasan itu sudah melalui proses yang panjang.

Sudah ada kajian akademis, proses teknologi dengan analisis lingkungan, sudah melalui proses hukum dan politik yang panjang. Ada juga gereja dan masyarakat yang mengikuti seruan tersebut, membungkusnya dengan legitimasi ceremonial liturgis dan aksi penanaman pohon misalnya. Kadang ada juga telaahan Alkitab untuk melegitimasi aksi penanaman pohon tersebut, misalnya diambil dari teks Alkitab, Kejadian 2.15 tentang perlunya koreksi terhadap usaha eksploitasi manusia dengan usaha pemulihan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Barangkali sikap yang demikian itu dilakukan oleh masyarakat dan gereja tanpa mempertanyakan secara kritis, apakah Tuhan mengizinkan perusakan hutan demi memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya untuk satu kelompok masyarakat tertentu dan membiarkan mayoritas masyarakat miskin dan tergusur. Kenapa dilakukan penanaman sejuta pohon. Apa gunanya gerakan penanaman sejuta pohon, sementara dipertontonkan pengrusakan hutan, penebangan hutan secara kasat mata.

Kedua, ada juga yang sudah mengkaji tafsir Alkitab sesuai konteks teks dan relevansinya sampai sekarang. Responsi gereja secara kritis mengkaji realita atau fenomena kerusakan alam dicari akarnya dengan memeriksa tradisi Kristen. Apakah ada yang salah dalam tradisi Kristen, sehingga manusia bersikap merusak alam dan cendrung memahami alam terpisah dari manusia. Sebab dilain pihak diakui bahwa tradisi Kristen memiliki potensi untuk menemukan dan mengungkapkan perhatian terhadap lingkungan hidup .

Memang tradisi tersebut sering dilakukan sekaligus dalam usaha menolak berbagai pandangan yang agnostic yang memahami terjadinya dunia ini hanya karena kebetulan saja atau bahkan menolak pendekatan teistik Kristen yang menerima kebenaran harafiah dari ceritra-cerita Alkitab saja tanpa penafsiran kritis yang dimensional. Karena itu ada juga baiknya jika teologi penciptaan didudukkan pada posisinya yang luas. Misalnya bagaimana agar teologi penciptaan tidak dipisahkan tanpa sekaligus membahas keadilan dan perdamaian . Dengan demikian masalah keutuhan ciptaan dilihat kerangkanya yang konprehensip, kontekstual dan relevan.

Di Asia Pasifik misalnya, lingkungan alam di sekitar tidak pernah dilihat sebagai objek, melainkan disapa sebagai subjek. Artinya didalam keselarasan, manusia melihat dirinya sebagai bagian dari alam semesta ini. . Sementara di dalam teologi Barat tradisional, alam dilihat sebagai objek yang harus dikuasai, ditaklukkan. Manusia mencapai kedewasaannya dengan jalan menundukkan alam. Menjadi penguasa alam berarti menjadi mahluk Allah yang menjalankan mandat Tuhan. Ini berarti bahwa ada kecendrungan adanya perusakan alam terjadi karena kesalahan teologi Barat .

Pembenaran pandangan ini pertama kali dipertanyakan secara fundamental ketika membahas akar krisis ekologi yang dilakukan oleh sejarahwan Lynn White dari Amerika Serikat tahun 1967. Ia berpendapat bahwa kesalahan itu terdapat dalam doktrin penciptaan dunia Barat yang membedakan dengan sangat tajam antara manusia sebagai gambar Allah ( Imago Dei) dan dunia sebagai ciptaan yang bukan gambar Allah. Penghayatan terhadap doktrin ini menghasilkan pada manusia rasa superioritas dan transendensi terhadap alam, sehingga manusia dilihat sebagai penguasa alam, sedangkan alam hanya menjadi objek untuk kepentingan manusia. .

Kajian tentang kesalahan teologi ini ada pula yang memandangnya dari segi lain. Dalam konteks kajian sejarah kebudayaan ternyata bahwa pendekatan antroposentrik atau berpusat pada manusia yang mempertahankan superioritas manusia atas mahluk lain itu, bukanlah bersumber dari ceritra penciptaan Yahudi/ Kristen, melainkan dipengaruhi oleh filsafat Stoa. Sehingga justru pengaruh filsafat tersebut telah merembes ke pemikiran Kristen di Barat yang mengawinkan pemikiran Yunani dan Ibrani. Barangkali kondisi ini yang telah menyumbang sikap ambivalensi kekristenan terhadap lingkungan alam, sehingga melalaikan penghargaan pada seluruh ciptaan. Hal itu lebih nyata terlebih sejak awal terjadinya era pencerahan .

Dengan demikian terjadinya krisis lingkungan hidup hingga yang sekarang ini terjadi semata hanya karena kemajuan sekularisme, bukan tanggungjawab teologi gereja. Sebab Sekularisme menghilangkan makna keyakinan agama dan praktek institusi agama baik dalam arti agama maupun dalam arti social. Itu pula sebabnya kenapa kemajuan teknologi dan ekonomi sering berkembang sedemikian rupa tanpa kontrol agama.

Namun demikian, menurut teolog lingkungan hidup seperti Jhon Macquarrie mengatakan bahwa memang masalah lingkungan hidup yang terjadi sebagai konsekuensi penerapan teknologi sudah dapat dipastikan tidak dapat diselesaikan dengan hanya menciptakan teknologi yang lebih canggih saja. Melainkan perlu dibangun suatu struktur pemikiran baru yang dilandasi dengan perilaku manusia.

Disinilah seorang teolog berperan di dalam krisis ekologi dapat , “meninjau kembali tradisi Kristen dan memeriksa pada tahap-tahap mana dalam perkembangan tradisi itu telah terjadi distorsi karena tekanan yang terlampau dilebihlebihkan, dan menanyakan apakah di dalam tradisi ini tidak ada sumbersumber laten, yang dapat menjawab kebutuhan masakini. Tindakan selanjutnya adalah mengkoreksi tekanan yang berlebihlebihan ini dan mempromosikan yang tadinya laten itu.”

Diakui ada dua model menafsir tradisi penciptaan. Pertama model monarkis yang melihat hubungan antara Allah, manusia dan dunia sebagai hubungan penguasaan. Manusia melihat dirinya dapat bereksistensi sendiri tanpa yang lain. Dunia diartikan sekedar produk dari kehendak illahi, bersifat sementara, yang boleh ada dan tidak ada ditinjau dari segi Allah. Pada hal Hakikat Allah adalah Pencipta. Allah berada dalam hubungan dengan bumi sejak semula. Karena itu model ini bukan satusatunya menjadi acuan. Ada juga model lain yang dominan dan ditekankan, yakni model organis , yang perlu dipromosikan.

Dalam peristiwa Nuh sesudah air Bah, perjanjian Allah bukan hanya dengan manusia saja, melainkan juga dengan burungburung, dengan binatang ternak dan semua binatang di muka bumi ( Kej 9.10). Juga dalam Mazmur 19, 1 bahwa alam memantulkan kemuliaan Allah. Karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi Ibrani mengenai penciptaan sangat kental terkandung unsur-unsur naturalisme. Karena itu apolegetika Kristen yang mempertahankan doktrin penciptaan sebagai sumber penyebab kerusakan ekologi dengan menunjuk pada konsep penatalayanan ( stewardship ) harus dikoreksi.

Sebab disana memang manusia masih difahami lebih tinggi daripada alam, atau masih tetap penguasa alam. Pada hal model organis menaikkan derajat alam dan menurunkan derajat manusia sehingga hasil ahirnya adalah suatu keseimbangan. Manusia dan alam, keduanya bersumberkan Tuhan. Dengan dasar pemikiran ini, manusia dapat berhadapan dengan dunia teknologi secara teologis dan menempatkan teknologi pada proporsi yang sebenarnya ditengah realitas yang organik itu.

Bertolak dari urain ini, maka secara positip gereja perlu memandang. Pertama bahwa masalah lingkungan dan kerusakannya bukan merupakan masalah sekuler, melainkan justru masalah religius . Sehingga walaupun bahaya kerusakan lingkungan hidup dibunyikan oleh pihak sekuler terhadap pihak religius dan sekaligus melemparkan tuduhan terhadap tradisi religius tertentu sebagai biang keladi kerusakan ini.

Kita hanya dapat mengatasi masalah ini, jika kita bersedia melihatnya sebagai masalah religius kita bersama dengan agama-agama lain di Indonesia. Kedua, masalah kedudukan manusia terhadap alam tidak harus mengikuti pendekatan supremasi manusia dari alam karena Imago Dei, dalam teks lain dinyatakan juga baik manusia maupun binatang disebut, “ nefesh hayyah”, mahluk hidup. Dalam Perjanjian Baru secara specific menyatakan penugasan manusia untuk memberitakan Injil sukacita juga pada seluruh mahluk atau kosmos ( Markus 16.15 ). Dengan demikian sekarang manusia tetap penting, tetapi tidak dengan jalan mengorbankan pentingnya alam. Baik manusia maupun alam adalah ciptaan Allah. Manusia sebagai gambar Allah adalah pengelola alam, tetapi dia tidak berhak mengeksploitasinya habishabisan, sebab dia bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dari bumi yang satu ini.

Maka dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat mengembangkan suatu eklesiologi tanpa ekologi, demikian juga gereja tidak lagi membicarakan tantangan Iptek bagi iman Kristen secara tersendiri, melainkan harus selalu di dalam kerangka keutuhan ciptaan. Sehingga sikap gereja tetap memandang positip perkembangan Iptek, selama itu menolong mempertahankan, memperkembangkan dan mempertinggi mutu kehidupan dunia ini. Jika hal ini tidak terjadi, maka gereja terpanggil untuk bersuara. Dalam kaitan ini gereja perlu membekali diri dengan orang-orang yang mampu melihat persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh perkembangan Iptek.

IV. Apa yang sudah dan akan dilakukan gereja?

Dari uraian diatas tadi respon gereja terhadap masalah lingkungan hidup, maka ada beberapa catatan yang mungkin menjadi indikator bagaimana kita mengkaji sejauhmana gereja kita sudah melakukan telaahan dalam penerapannya di gereja kita. Barangkali sebagai contoh misalnya dapat mendorong terjadinya sikap teologi lingkungan dan implikasinya menata peran gereja menjalankan program lingkungan hidup sekaligus merespon masalah kemiskinan.

Pertama, dari kajian masalah lingkungan hidup, disatu pihak difahami bahwa terjadinya berbagai dampak lingkungan hidup tidak hanya menjadi tanggungjawab kemajuan ilmu dan teknologi yang digunakan idiologi Neoliberalis yang eksploitatip. Namun dipihak lain juga harus diakui bahwa ada juga kesalahan yang dapat dikaji dari tanggungjawab tradisi gereja ketika teks Alkitab dikaji dari segi kepentingan filosofi lokal yang dominatip dan eksploitatip.

Walaupun demikian pada waktu yang sama tradisi gereja tidak sama disemua tempat. Masyarakat dan agama di Asia Pacific justru sangat faham akan status alam sebagai subjek. Konsekuensi semacam ini dapat dilihat juga implikasinya dalam kesadaran gereja. Berteologi dengan pradigma baru itu telah pula misalnya mendorong gereja HKBP merumuskan ulang tentang pemahaman kebudayaan dan lingkungan Hidup dalam rumusan konfessi gereja . Kita mempercayai dan menyaksikan :

1. Allah menciptakan manusia dengan tempat tinggalnya dan tempatnya bekerja di dunia ini (Kejadian 2.5-15). Dialah yang memiliki semuanya, yang memberikan kehidupan bagi semua yang diciptakaNya. Tempat manusia bekerja adalah daratan, laut dan langit/ruang angkasa. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggungjawab penuh. Dia juga memberikan bahasa, alat-alat musik, kesenian dan pengetahuan kepada manusia sebagai alat manusia dan juga aturan untuk memuji Allah dan sebagai sarana untuk memelihara dan memperindah persahabatan antar manusia agar melalui kebudayaan, Kerajaan Allah semakin besar. Tetapi kebudayaan yang bercampur kekafiran dan yang bertentangan dengan Firman Allah, harus ditolak.

2. Karya Yesus Kristus adalah membebaskan manusia, segala ciptaan dan juga dunia ini (Kol. 1:15-20, Roma 8:19-33), dengan ini: kita menyaksikan tanggungjawab manusia untuk melestarikan semua ciptaan Allah supaya manusia itu dapat bekerja, sehat dan sejahtera ( Maz 8.4-10 ). Kita menentang setiap kegiatan yang merusak lingkungan, seperti membakar dan menebang pohon di hutan atau hutan belantara (Ul. 5:20, 19:20). Kita menentang setiap usaha yang mencemari air dan udara, juga air limbah yang mengandung racun dari pabrik-pabrik, karena tidak memperdulikan saluran air limbah dan pencemaran udara, hingga merusak air minum dan pernafasan manusia (Mzm. 104:1-2, Why 22.1-2).

Implikasi dari kedua dictum ini telah memungkinkan saat ini gereja secara rutin mengingatkan jemaat melalui liturgy agar berperan aktip dan kritis terhadap setiap upaya perusakan alam. Bahkan memungkinkan gerakan gereja mendorong masyarakat mengakses kehidupannya melalui kedekatannya memelihara hutan dan penguasaan tanah.

Kedua, berbagai telaahan teologi ekologi dan ekonomi telah mendapat pembahasan berkelanjutan di Sidang gereja-gereja, baik di aras nasional, regional dan Internasional. Salah satu Dokumen penting terahir dapat kita lihat dari produk tim perdamaian dan keutuhan ciptaan Dewan Gereja Sedunia yang diterbitkan di Genewa 2006. Dokumen tersebut dikenal dengan slogan Globalisasi alternatip mengutamakan rakyat dan bumi (AGAPE). Salah satu statement penting dalam dokumen tersebut menyatakan, bahwa:

” The Church is called not to conform to the structures of injustice, but to herald a new creation. The Biblical vision bursts forth with the announcement of the new things that God is doing, and surely that means that in our time and place, the church must be a community of alternatives ; alternative visions, alternative spaces, alternative spirituality and alternative economic ideas and practices”.

(Gereja terpanggil untuk tidak menyesuaikan diri dengan struktur yang tidak adil, tetapi mengumandangkan ciptaan yang baru. Visi Alkitabiah merekah dengan maklumat tentang hal-hal baru yang sedang dikerjakan Allah, dan tentu itu berarti bahwa pada waktu dan ruang kita sekarang, gereja harus menjadi komunitas dari berbagai alternatip, visi alternatip, ruang alternatip, spiritualitas alternatip dan gagasan serta praktik ekonomi alternatip. )

Terkait dengan itu, maka kemiskinan harus ditanggulangi dengan kesadaran pemahaman ekonomi keluarga. Krakter ekonomi utama rumatangga kehidupan Allah adalah. 1. Rahmat ekonomi Allah yang ramah membawa dan melestarikan kelimpahan bagi semua. 2. Ekonomi Allah yang ramah menuntut kita agar mengelola kelimpahan hidup dengan cara yang adil, partisipatip dan bersifat melestarikan. 3. Ekonomi Allah adalah suatu ekonomi kehidupan yang mengedepankan semangat saling berbagi, solidaritas yang menglobal, martabat manausia, cintakasih dan pemeliharaan keutuhan ciptaan. 4. Ekonomi Allah adalah suatu ekonomi untuk keseluruhan oikumene- keseluruhan kommunitas bumi. 5. Keadilan Allah dan keberpihakannya pada kaum miskin adalah tanda dari ekonomi Allah. Untuk memahami alternatip ekonomi ini barangkali saat ini gereja perlu mengidentifikasi kaitan gerakan ekonomi, ecologi dan eukomene . Sejauhmana gereja kita telah melakukan gerakan ekonomi alternatip dalam rangka mengkaji hubungan penanggulangan kemiskinan dan lingkungan hidup. Sejauhmana program lingkungan hidup dilakukan dengan menghormati berbagai alternatip yang ada dalam kesadaran masyarakat, menghormati kearifan local. Sejauhmana kajian teologi dapat dilakukan dalam kerangka menjadikan alam sebagai subjek yang menyediakan kebutuhan yang berlimpah terhadap manusia.

Ketiga, gereja-gereja di Indonesia sejak tahun 1970 hingga kemudian tahun 1980, dan puncaknya menjelang gerakan demokrasi di Indonesia sudah muncul kesadaran mengkaji adanya kelemahan ilmu dan teknologi modern, yang dikenal dengan revolusi hijau untuk mengatasi masalah kemiskinan. Bahkan dengan model itu terlihat penaganan masalah kemiskinan dan masalah lingkungan hidup menjadi semakin amburadul. Unggulan pertanian organik saat ini adalah gerakan baru untuk mensintesiskan kajian teologi dan kearifan lokal sebagai bentuk perlawanan terhadap gagasan Neo liberalisme.

Keempat, gereja kita sejak era missionar telah memiliki tradisi kedekatan dengan lingkungan hidup, yakni tradisi pargodungan (penataan terhadap kompleks gereja ssbagai relasi transendens sekaligus transformatip secara asri. Dalam kaitan ini gereja memahami kebaradaannya sebagai peristiwa, sehingga dimana ada gereja disitu ada ruang pencerdasan, transformasi social dan transformasi lingkungan hidup. Kesadaran ini mendorong gereja menjadikan hubungannya yang interaktip dengan kebudayaan manusia yang menghormati alam.

Kini apa yang dilakukan di era missionar dalam konteksnya memaknai lingkungan hidup agaknya perlu dikaji ulang. Sebab belakangan ini nampaknya gereja bukan lagi menjadi sumber inspirasi pembaharuan terhadap alam dan masyarakat. Slogan gagasan lingkungan hidup untuk melakukan program 4R yaitu: recycling (MENDAUR ULANG), reuse (MENGGUNAKAN KEMBALI), reduce (MENGURANGI PEMAKAIAN) dan replanting (MENANAM KEMBALI) mungkin dapat dilakukan, sekaligus dalam mengkaitkannya dengan gerakan ekonomi, ekologi dan oikumene (3E).

Renungan Diakonia Maret 2010

Renungan Diakonia Maret 2010
Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada-Mu dan merindukan janji-Mu yang adil. (Mazmur 119:123)
by: Pdt.Maruasas S.P Nainggolan S.Si (Teol)
Sekhus Kadep Diakonia

Senin 01 Maret 2010
Tergiur Rayuaan
Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. (Mazmur 25:7)

Dalam setiap keramaian seperti pasar malam, selalu saja ada anak yang hilang. Mereka lepas dari gandengan orangtuanya. Biasanya si anak itu tidak mau mendengar suara orangtuanya . Mereka lebih tertarik mendengar suara musik atau rayuan badut yang menawarkan makanan atau mainan. Baru setelah terpisah dengan dari orang yang mencintai dan melindunginya, anak-anak itu menangis ingin bertemu orangtuanya. Kita sering tergiur rayuaan pihak lain. Mata kita silau karena iming-iming materi atau jabatan, lalu kita meninggalkan sang gembala.

Selasa 02 Maret 2010
Ditimpa Cahaya
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (Mazmur 103:13)

Seyogyanya, jika berjumpa dengan sesorang yang baik, bijaksana, mulia, orang ingin mempelajari keutamaan-keutamaan itu. Tetapi ada kecenderungan manusiawi, orang lebih ingin mencobai, menjebak, menguji bahkan memojokkan orang itu. Ya, diam-diam ada iri hati, ada racun dibalik di balik tangan, ada ketidak sportifan. Seperti itu juga yang dilakukan orang Farisi, dan memnberi peringkap kepada Yesus. Mereka tidak mencari kebanaran, kejujuran atau kebaikan, agar dirinya tumbuh dalam keutamaan Yesus, mereka menjebak dan menjatuhkan. Mereka datang kepada cahaya tetapi tidak membiarkan dirinya ditimpa cahaya itu.

Rabu 03 Maret 2010
Menjadi seorang Murid
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. (Efesus 1:5-6)

Menjadi murid Kristus adalah pilihan dan putusan pribadi. Ajakan Yesus hari ini untuk menjadi murid-Nya dan mengikuti Dia merupakan ajakan untuk kita semua. Saat akhir hidup Yesus bersama para murid-Nya mengajak kita untuk merenungkan sejenak arti panggilan hidup menjadi murid Kristus. Setiap hari kita dipanggil Tuhan untuk menjadi murid-Nya. Ketika orang mencari arti hidup dan menemukan arti itu itu di dalam dunia, manusia tidak merasa puas. Kita selalu mencari kepuasaan dan kebahagiaan lewat materi dan banyak kesenangan hidup.

Kamis 04 Maret 2010
Kasih yang Memberi Diri
Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. (Yeremia 31:3)

Melayani, melayani lebih sungguh, Tuhan lebih dulu melayani kepada kita, artinya Dia menanggalkan jubah kebesaran, lambang pangkat dan martabat-Nya dan mengenakan kain basuh lambang seorang hamba, seorang budak lalu mulai membungkuk membasuh, melayani, sungguh sebagai seorang hamba! Inilah self giving love: kasih yang memberi diri, kasih yang ke luar dari diri, kasih yang melayani. Kita tidak pantas mengaku pengikut Kristus jika kita belum berani mempraktekkan ‘self giving love’ .

Jumat 05 Maret 2010
Terapi Kebaikan
TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. (Mazmur 145:17)

Dari pengalaman keseharian kita sering salah menilai orang, atau kurang piawai untuk memanfaatkan energi positif dan potensi dalam diri orang. Tidak sedikit para pemimpin-baik sekularpun religius –yang lebih suka menghukum, membatasi, mematikan energi, atau ide-ide kreatif dari bawahan. Pada hal untuk mengubah orang menjadi positif, kreatif dan konstruktif, maka kepercayaan harus diberi, kesempatan disediakan, dukungan tersedia. Hal yang sama juga kita lakukan di dalam keluarga, anak-anak dididik manjadi manusia yang baik jika diberikan terapi kebaikan bukan hukuman dan pembatasan yang kaku.

Sabtu 06 Maret 2010
Semua menjadi Misionaris
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. (1 Yohanes 4:9)

Setiap orang Kristen adalah misionaris. Kita pengikut Yesus dipanggil untuk menjadi saksi Yesus. Ke mana saja pergi dan di mana saja kita tinggal, kita mempunyai tugas untuk mewartakan Yesus. Kita sering menghadapi kesulitan dan tantangan. Kita dipojokkan karena kita murid Yesus. Kita dihambat dan dipersulit karena kita orang Kristen. Tetapi Yesus mengingatkan kita untuk tidak takut dan gentar dalam tugas kesaksian ini.

Minggu 07 Maret 2010
Butuh Waktu Khusus
Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." (Yohanes 2:4)

Menjadi pelayan memang tidak enak.jadi ketua RW, Ketua RT, Ketua Lingkungan dan jabatan sosial lainnya tidak semua orang mau melakukannya. Di samping butuh waktu khusus, juga dituntut untuk sabar dan bijaksana. Namun bukan pujian yang diperoleh, terkadang malah cacian. Di sekitar kehidupan gereja pun banyak aktivis yang tidak tahan diri lalu mundur. Karena memang ada yang Cuma mengejar popularitas belaka. Menjadi pelayan sebagaimana yang dikehendaki Tuhan Yesus adalah mengerjakan tugas pelayanan secara tulus tidak cari pujian, jabatan, apalagi sumber kehidupan. Pelayanan yang semacam itulah yang akan menjadikan seseorang besar di tengah mereka yang dilayani.

Senin 08 Maret 2010
Meninggalkan Beban
Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring. (Mazmur 25:15)

Kita membayangkan sejenak seorang bayi dilahirkan dan mulai hadir di dunia ini. Wajahnya yang polos, lucu, mungil dan sehat melambangkan sosok yang masih bersih, segar dan belum menanggung beban apapun. Proses kehidupan manusia di dunia ini menggoreskan dan meninggalkan beban tanggungan masa lalu yang membuat manusia menjadi tidak happy dan tidak tumbuh. Manusia butuh untuk dibebaskan dan dilahirkan baru. Bagimana kita bisa mengalaminya? Kita menyerahkan hidup seutuhnya untuk dituntun oleh Tuhan. Hidup yang senantiasa mencari kehendak Tuhan.

Selasa 09 Maret 2010
Gerakan Pembaharuan
Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan." (2 Tawarikh 16:9a)

Mengubah adat/tradisi yang telah berabad-abad lamanya, atau menghilangkan beberapa butir nilai kehidupan suatu suku/bangsa dapat berarti merongrong kewibawaan tokoh-tokoh adat atau memicu terjadi pertentangan di dalam masyarakat itu sendiri. Orang yang memulai gerakan pembaharuan ini bisa saja dianggap sebagai pengacau, penghianat bangsa. Hal penting yang dilupakan manusia adalah Tuhan ingin umat-Nya bersatu meski meraka beda budaya, bahasa dan cara berpikirnya. Dia tidak membiarkan umat-Nya saling bertentangan dan bermusuhan.

Rabu 10 Maret 2010
Misteri Kasih
Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu
menemukan Aku. (Yeremia 29:13)

Kata-kata Yesus tentang saling mengasihi adalah perintah bagi pengikut-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi misteri kasih Yesus pada sahabatnya. Satu hal yang membuat kita merasa menjadi bagian dalam misteri kasih itu yakni kita menjadi sahabat-Nya. Apakah kita sudah menjalankan perintah Yesus yang paling utama yaitu kasih? Kitalah sahabat-Nya, sahabat adalah bagian dari orang yang mengasihi kita. Bahkan ketika kasih yang kita berikan pada orang lain terasa sia-sia, kita masih memilki Yesus sebagai kekuatan untuk menghadapi semuanya dengan senyum.

Kamis 11 Maret 2010
Upah mengikut Yesus
Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya
selama Ia dekat! (Yesaya 55:6)

Bagi yang sudah ikut atau mengenal Credit Union Modifikasi HKBP (CUM) pasti tahu cara hidup anggotanya. Setiap anggota CUM selalu dirangsang untuk menabung. Berbagai program ditawarkan. Tujuannya sama, anggota harus menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung. Dalam jangka panjang hasilnya sangat luar biasa. Tanpa terasa anggota yang rajin menabung itu punya simpanan dalam jumlah besar. Tapi pada zaman sekarang ini orang maunya serba cepat, sekali menanam benih inginnya langsung tumbuh besar dan menghasilkan buah. Begitu pun dalam mengikut Yesus, ada yang menjadi aktivis gereja, rajin memberi pelayanan, rajin di lingkungan tapi hidupnya begitu-begitu saja. Mereka lalu mengeluh, untuk apa sebenarnya semua itu? Kita lupa bahwa upah mengikut Yesus akan diberikan sesudah kita di dalam kehidupan kekal.

Jumat 12 Maret 2010
Siap menghadapi Tantangan
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15)

Kita sering mendengar bahwa mengikut jalan Tuhan pasti akan mengalami kesuksesan dan dijauhkan dari masalah kesulitan hidup. Benarkah demikian? Kita memang tidak pernah berharap duka derita dengan mengikuti jalan Tuhan. Menjadi murid Kristus kita harus siap menghadapi tantangan dan kesulitan. Yesus tidak menjanjikan hidup yang nyaman, namun ia menjanjikan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan. Panggilan hidup menjadi murid Kristus dan diutus bukan untuk memperoleh sukses duniawi melainkan untuk memperoleh kemuliaan ilahi sebagaimana yang sudah diteladan Kristus.

Sabtu 13 Maret 2010
Bimbang bagian dari Hidup
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Petrus 5:7)

Rasa bimbang dan ragu adalah bagian dari kehidupan kita. Kebimbangan dan keraguan sering muncul dalam aneka peristiwa di dalam kehidupan kita. Terlebih ketika banyak pertanyaan dalam kehidupan tidak ada jawabannya. Iman akan kebangkitan adalah misteri. Dalam setiap mesteri kehidupan, sering kita tidak mendapatkan jawaban yang selengkap-lengkapnya sebagaimana kita harapkan. Hanya iman yang menjadi jawaban atas aneka misteri dalam kehidupan. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua pertanyaan di dalam kehidupan ada jawabannya. Tidak semua peristiwa di dunia ini, dapat kita tangkap dan jelaskan dengan daya pikir dan nalar kita.

Minggu 14 Maret 2010
Mengalami Kebaikan
Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau. (Yesaya 54:10)

Bersaksi berarti menyatakan dalam hidup kita keyakinan dan iman kita kepada Yesus yang mulia. Pengalaman akan kebaikan Tuhan itulah yang menjadi kesaksian kita. Tentu semua pengalam itu mengalir dari iman kita yang mendalam kepada Yesus Kristus. Kita yang telah mengalami kebaikan Tuhan, diminta untuk selalu siap untuk menjadi saksi-Nya. Sebab dunia membutuhkan kesaksian kita agar semakin banyak orang yang menyadari kebaikan Allah dalam hidup mereka. Tuhan tidak meminta perbuatan yang besar dan hebat, Ia meminta kita menghidupi iman kita dengan setia.

Senin 15 Maret 2010
Sebaiknya Berdoa
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12)

Dalam kehidupan sehari-hari, apakah kita juga berdoa bagi sesama kita? Ataukah kita berdoa untuk kepentingan diri kita sendiri? Yesus telah mengajarkan kepada kita bagaimana sebaiknya kita berdoa. Belajar untuk merasul dan mewartakan kasih Tuhan pada orang banyak. Dalam keadaan apapun Yesus selalu berkomunikasi dengan Bapa-Nya karena Ia tahu kekuatan satu-satunya adalah dari Bapa sendiri, tidak ada yang lain. Komunikasi dengan Bapa-Nya bukan hanya untuk dimiliki-Nya sendiri, tapi juga untuk kepentingan banyak orang.

Selasa 16 Maret 2010
Penuh Percaya Diri
Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur
bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, (Mazmur 9:3)

Dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat, sebagai pengikut Kristus kadang kita merasa diperlakukan secara diskriminatif/ berbeda oleh orang lain yang non Kristen. Berbagai peluang yang kita miliki untuk maju (dalam karier berprestasi di tempat kerja, kesempatan untuk studi keinginan untuk membangun gereja, bahkan dalam niat untuk melakukan kegiatan sosial) sering sirna tanpa alasan yang masuk akal. Tuhan Yesus adalah pribadi yang penuh percaya diri. Sebagi pengikut-Nya kita juga di panggil untuk untuk percaya diri. Oleh karena itu kita tidak perlu merasa kecil atau minder di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Rabu 17 Maret 2010
Bermakna dan Berbuah
Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, (Lukas 1:46-48)

Sebagai orang beriman tidak ada cara yang lebih baik kecuali senantiasa memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan bisa beraneka cara, mensyukuri segala kebaikan dan penyertaan-Nya tetapi juga bisa membina sikap hidup yang baik serta melakukan karya-karya baik. Hidup tidak sekedar mengalir, menghabiskan waktu dari hari ke hari sampai tua tak tersadari. Hidup perlu ditata dan dikembangkan. Dengan menjadikan hidup sebagai kesempatan untuk terus memuliakan Tuhan. Menjadikan hidup lebih bermakna dan berbuah.

Kamis 18 Maret 2010
Sumber Bencana
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (Yohanes 3:17)

Uang dan kekayaan bukanlah hal yang jahat pada dirinya. Tetapi di samping bisa menjadi sumber atau sarana kebaikan, keduanya bisa menjadi sumber bencana dan penderitaan. Uang dan kekayaan itu bersifat sangat adiktif seperti narkoba dan rokok yang membuat orang untuk secara terus menerus menggunakannya dengan porsi lebih besar bila tidak segera dihentikan. Jika tidak berhasil dikendalikan, efeknya dapat sangat mengerikan. Seharusnya semakin sesorang memiliki banyak uang dan harta semakin bebaslah ia melakukan kebaikan, mendekatkan diri pada Allah dan menolong orang-orang yang membutuhkan.

Jumat 19 Maret 2010
Kecewa kepada Tuhan
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (Yakobus 1:2-3)

Entah sudah berapa kali kita merasa bahwa doa-doa kita tidak terkabul. Akibat selanjutnya, barangkali kita merasa kecewa kepada Tuhan. Karena kekecewaan tersebut, lalu kita malas untuk berdoa, malas ke gereja, malas untuk terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Seringkali pikiran manusia berbeda dengan pikiran Allah. Manusia memang tidak bisa dilarang untuk menjadi kecewa, namun dipihak lain manusia diundang untuk makin mengenal Allah sehingga makin mengenal kehendak-Nya atas diri kita.

Sabtu 20 Maret 2010
Rasa Kehilangan dan Kesedihan
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. (Yohanes 16:20)

Kepergian orang yang kita cintai, orang yang kita segani, dan orang yang dinanti-nantikan dapat memberi perubahan dalam hidup tentunya akan membekas dalam ingatan kita. Rasa kehilangan dan kesedihan bisa menghalangi kita untuk tidak peka kepada dunia sekitar. Kita kadang tidak menyadari akan kehadiran orang lain yang sudah beberapa saat menemani dan membantu kita untuk bangkit. Marilah kita berusaha untuk melampaui rasa perasaan tersebut dengan mau membuka hati terhadap sapaan-sapaan Tuhan.

Minggu 21 Maret 2010
Mencintai tanpa Syarat
Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
(Kejadian 22:12)

Sadarkah kita bahwa Allah sangat mencintai kita tanpa syarat dan menghendaki kita bahagia dalam persatuan dengan-Nya Apakah kita mendukung dan mau terlibat dalam rencana Allah itu? Ataukah kita membiarkan diri terbelenggu dengan nafsu dan gemerlapnya tawaran dunia? Mahatma Gandhi pernah berkata ”Kalau pengikut Kristus hidup sesuai dengan yang diajarkan Kristus maka banyak orang yang bisa melihat Kristus dan mengikuti-Nya.” Dari ucapan seorang Hindu yang tersohor itu, seorang pecinta damai yang sangat mengagumi Kristus, kita bisa menangkap keinginan orang lain pada kita sebagai pengikut Kristus.

Senin 22 Maret 2010
Membebaskan orang yang Terbelenggu
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)

Kita kurang beruntung sebab di negeri kita ini, kita tidak mengenal burung pelikan. Induk burung ini dikenal sebagai binatang yang luar biasa. Jika musim kering menimpa bumi tiada air dan makanan segar bagi anak-anaknya, ia tidak segan-segan mematok dadanya sendiri sampai darahnya menetes dan anak-anaknya bisa hidup dari tetesan darah sang induk. Yesus telah memberikan segala yang Ia miliki, berjalan berkeliling dan berbuat baik, menyembuhkan yang sakit, membela yang kecil terbelunggu, membebaskan orang dari permusuhan dan ikatan-ikatan ketidakadilan.

Selasa 23 Maret 2010
Makanan Rohani
Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya. (Mazmur 11:7)

Yesus selalu mengingatkan kita bahwa tujuan utama adalah mencari makanan rohani untuk kehidupan kekal. Kalau tidak meyadari hal itu dalam kesibukan dan kegiatan yang padat akan menjebak kita untuk bekerja tanpa memikirkan tujuan hidup sebenarnya. Kita dituntut untuk mencari makna hidup yang sebenarnya, memaknai setiap tugas dan pekerjaan untuk kemuliaan Allah. Hidup akan berarti kalau kita mengumpulkan kebaikan dan keutamaan dengan penuh ketulusan

Rabu 24 Maret 2010
Kebangkitan Harapan
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. (Roma 8:18)

Ditinggal pergi dengan orang yang dekat dan orang yang dikasihi memang pengalaman yang berat. Ada seorang isteri yang kerap menangis sendiri setelah suaminya meninggal. Ada seorang pacar yang berniat bunuh diri ketika kekasihnya pergi meninggalkannya. Ada seorang sahabat yang begitu berat ketika harus berpisah dengan sahabat dekatnya. Mereka tidak berharap perpisahan seperti itu terjadi di antara mereka. Mereka menginginkan selalu ada kesatuan. Para murid juga begitu berat ditinggal Yesus. Namun dalam keputusasaan itu Yesus datang. Yesus bangkit dan kebangkitan Yesus di tengah mereka membangkitkan kembali harapan mereka.

Kamis 25 Maret 2010
Selanjutnya urusan Tuhan
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Petrus 5:6-7)

Banyak orang sekaran ini tak pernah bisa hidup damai karena selalu diliputi kegelisahan berhadapan dengan kematian yang akan datang. Apakah dengan takut dan gelisah maka kematian itu tidak akan terjadi? Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, tidak ada pilihan lain, kita perlu rendah hati menyadari bahwa manusia memperoleh hidup sebagai anugerah dari Tuhan. Kita hanya perlu menghargai dan menjalani hidup dengan baik, yang akan terjadi kemudian adalah urusan Tuhan.

Jumat 26 Maret 2010
Panggilan Dasar
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum
menolong mereka? (Lukas 18:7)

Panggilan dasar kristiani berawal dari inisiatif Allah. Karena itu benar kata Tuhan, tidak ada seorang pun yang datang kepada-Ku jikalau ia tidak ditarik oleh bapa yang mengutus Aku. Kehidupan-Ku nyata demikian. Yesus yang kita kenal justru kita temukan dalam pergulatan hidup di tengah kemajemukan agama. Namun di atas semuanya itu panggilan adalah anugerah yang berasal dari Allah. Maka sabda Tuhan benar. Semoga kita senantiasa mampu untuk datang kepada-Nya melalui Yesus yang diutus sebagai jalan bagi kita.

Sabtu 27 Maret 2010
Hidup tanpa Tuhan
Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Galatia 2:20)

Hidup tanpa Tuhan akan membuat jiwa dan hati sepi, kosong dan meronta-ronta tanpa kedamaian. Kita akan seperti pengembara yang tak tahu arah dan tujuan, tanpa oase pemberhentian yang sejuk memuaskan dahaga jiwa kita dan melumuri kita dengan cinta. Khalil Gibran dalam bukunya pernah menuliskan kesepian para rasul ketika Yesus wafat. “kematian itu pahit, tapi hidup tanpa Dia jauh lebih pahit, hari-hari menjadi sunyi dan lengang dalam hidup, hanya tinggal gema yang mengulang Sabda-Nya dalam kenangan”

Minggu 28 Maret 2010
Teman jika Menguntungkan
Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. (Markus 14:6)

Yesus berbuat kasih tanpa perhitungan. Dalam hidup konkrit ada kalanya kita mengakui keberadaan seseorang bila ia melakukan sesuatu yang menguntungkan diri kita. Misalnya saja bila teman kita menuruti apa yang kita inginkan, maka mudah sekali kita mengatakan dia baik. Tetapi disaat dia mengatakan tidak dengan mudah pula kita mengatakan bahwa ia tidak mengerti apa yang kita mau. Intinya mudah sekali kita mengakui orang lain sebagai saudara dan teman dekat bila orang itu menuruti kemauan kita dan menguntungkan kita. Itu menunjukkan betapa egoisnya kita.

Senin 29 Maret 2010
Kepada semua Bangsa
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:14-15)

Tradisi kaum Yahudi memang rumit, banyak hal yang diharamkan. Sampai-sampai sunat pun dijadikan penghalang seseorang untuk memperoleh karunia keselamatan. Di zaman modern dan dinegeri kita ini sedikit orang yang melestarikan tradisi tersebut. Tradisi dilestarikan bukan untuk memberi keselamatan namun untuk membelenggu hak azasi sesorang memillih keyakinannya. Untunglah Allah sendiri yang bersuara dari surga mengingatkan Petrus untuk meretas belenggu tradisi yang benar-benar tidak dikehendaki oleh-Nya. Sebab keselamatan bukan milki sebuah kelompok tetapi diberikan Allah kepada semua bangsa.

Selasa 30 Maret 2010
Mewartakan Kasih
Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. (Yohanes 8:28)

Sebagai pengikut Yesus tentunya kita punya tugas dan tanggungjawab untuk mewartakan siapa Yesus pada orang banyak. Kita mewartakan kasih Tuhan bukan berarti lepas dari komitmen untuk mengatakan yang sebenarnya. Walaupun kita tahu bahwa kebenaran itu sangat mahal seperti halnya dengan kepercayaan. Seperti halnya Kristus tidak pernah menyerah mewartakan Kerajaan Allah. Tetapi sesulit apapun situasinya kita tetap berusaha untuk mewartakan Kristus agar semakin dikenal oleh banyak orang. Segala niat baik tentu ada pengorbanannya.

Rabu 31 Maret 2010
Mengasihi Total
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 Korintus 5:21)

Tidaklah mudah di zaman ini untuk menghasihi seseorang secara total apalagi dengan Tuhan. Kadang kita masih menyisakan perhatian untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Itulah manusia yang cenderung untuk jatuh dalam dosa. Kesetiaan pada janji memerlukan tenaga ekstra yakni kemauan untuk bertindak. Hal itu yang membuat Yesus bertanya sampai tiga kali berulang kali, karena Petrus belum juga bertindak ketika ditanya. Pertanyaan Yesus kepada Simon Petrus sampai tiga kali menunjukkan betapa pentingnya mengasihi Tuhan Yesus. Kehidupan sehari-hari bisa menunjukkan apakah kita mencintai Dia dan itu nampak dalam realita hidup yang konkrit.